Minggu, 24 April 2011

MAKALAH MINYAK BUMI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Minyak bumi merupakan hasil proses alam, dari zat oraganik yang tertimbun selama ribuan tahun. Minyak bumi merupakan penghasil utama bahan bakar dan bahan-bahan petrokimia.  Minyak bumi adalah campuran komplek hidrokarbon plus senyawaan organik dari Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam terutama Nikel, Besi dan Tembaga. Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan yang uniform, melainkan berkomposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur.
Kebutuhan minyak bumi yang semakin besar merupakan tantangan yang perlu diantisipasi dengan pencarian alternatif sumber energi. Minyak bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengkonversi bahan baku minyak bumi menjadi minyak bumi. Berbagai produk olahan minyak bumi sebagai bahan bakar, di antaranya adalah bahan bakar diesel yang banyak digunakan  pada peralatan transportasi, pertanian, mesin-mesin di pabrik, dan juga generator listrik. Peningkatan jumlah konsumsi minyak bumi menyebabkan menipisnya jumlah minyak bumi. Penggunaan BBM yang cenderung meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan industri, sementara cadangan minyak yang semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui, sangat potensial menimbulkan krisis energi pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan tersebut  dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM)  perlu diadakan diversifikasi energi dengan cara mencari energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable). Salah satunya adalah energi alternatif yang berasal dari minyak tanaman / tumbuhan. Biodiesel merupakan salah satu solusi dari berbagai masalah tersebut. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak diesel yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel mudah digunakan, bersifat biodegradable, tidak beracun, dan bebas dari sulfur dan senyawa aromatik. Selain itu, biodiesel mempunyai nilai flash point  (titik nyala) yang lebih tinggi dari petroleum diesel sehingga lebih aman jika disimpan dan digunakan.
Begitu banyak manfaat yang diberikan oleh produk-produk dari minyak bumi, namun masih ada beberapa orang yang belum mengetahui produk-produk yang dihasilkan dari minyak bumi. Untuk itu dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai produk-produk yang dihasilkan dari minyak bumi dan kegunaannya.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa saja produk yang dihasilkan dari minyak bumi ?
1.2.2        Bagaimanakah persediaan bahan bakar minyak bumi saat ini ?
1.3  Tujuan Makalah
1.3.1        Untuk mengetahui produk apa saja yang dihasilkan dari minyak bumi
1.3.2        Untuk mengetahui bagaimana persediaan bahan bakar minyak bumi saat ini.
1.4  Manfaat Penelitian
Untuk memberikan sumbangan data dan informasi kepada pihak yang berkepentingan mengenai produk-produk yang dihasilkan dari minyak bumi serta kegunaan yang diperoleh dari produk-produk tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Produk-Produk Yang Dihasilkan Dari Minyak Bumi
Indoneisa merupakan salah satu negara yang dianugrahi banyak sumber sumber tambang minyak bumi. Produk produk bahan bakar yang dihasilkan dari minyak bumi sangatlah bermanfaat bagi kehidupan manusia Adapun produk-produk yang dihasilkan dari minyak bumi adalah sebagai berikut:
a.          Gas (hidrokarbon ringan), Gas hidrokarbon ringan merupakan senyawa paraffin dengan titik didih normal <30oC pada tekanan 1 atmosfer berwujud gas, seperti metana (CH4), etana (C2H6), propane (C3H8), dan n-butana (C4H10). Propane dan butane biasanya dicairkan untuk dijual sebagai LPG (Liquefied Petroleum Gases) bahan bakar rumah tangga.
b.         Bensol  , bensol merupakan campuran industri dengan hidrokarbon Industry yang diperoleh dari gas batu bara atau. Bensol sering digakan sebagai  bahan bakar kapal terbang atau pesawat terbang. Bensol atau sering disebut avgas (aviation gas) banyak dipakai buat bahan bakar mobil. Khususnya oleh pehobi ngebut yangmemakai mesin modifikasi. Namun memakainya harus siap dengan resiko yang muncul. Bahkan jika diperlakukan sembarangan, ledakan dan kobaran api yang timbul akan sulit
c.          Minyak Diesel, minyak diesel atau juga disebut solar merupakan destilat minyak bumi dengan titik didih antara 2500C-3500C. Minyak diesel adalah salah satu jenis bahan bakar minyak, di Indonesia bahan bakar minyak diesel lebih dikenal sebagai minyak solar. Minyak diesel adalah bahan bakar untuk mesin diesel. Minyak diesel memiliki rentang titik didih antara 175-340oC. Sedangkan untuk mesin diesel kereta api rentang titik didihnya antara 180-370 oC. Minyak Diesel adalah hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam yang berbentuk cair pada temperatur rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur yang rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor industri. Oleh karena itulah, diesel oil disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO) atau Marine Diesel Fuel (MDF).
d.         Minyak Bakar, minyak bakar adalah bahan bakar yang dipakai untuk kapal laut dan untuk keperluan operasional industry. Minyak Bakar bukan merupakan produk hasil destilasi tetapi hasil dari jenis residu yang berwarna hitam. Minyak jenis ini memiliki tingkat kekentalan yang tinggi dibandingkan minyak diesel. Pemakaian BBM jenis ini umumnya untuk pembakaran langsung pada industri besar dan digunakan sebagai bahan bakar  untuk steam power station dan beberapa penggunaan yang dari segi ekonomi lebih murah dengan penggunaan minyak bakar. Minyak Bakar  tidak jauh berbeda dengan Marine Fuel Oil (MFO
e.          Kerosin (minyak tanah), kerosen diperoleh sebagai destilat minyak bumi dengan titik didih 1800C-2500C. Kerosin adalah bahan bakar cair untuk kebutuhan rumah tangga. Kerosin juga digunakan sebagai pelarut, bahan bakar rumah tangga, dan bahan bakar mesin kapal terbang, yaitu avtur (aviation turbin kerosene)

f.          Bensin , bensin merupakan fraksi minyak bumi hasil destilasi dengan titik didih antara 700C-1400C. Bensin merupakan campuran kompleks dari ratusan hidrokarbon. Jenis Bahan Bakar Minyak Bensin merupakan nama umum untuk beberapa jenis BBM yang diperuntukkan untuk mesin dengan pembakaran dengan pengapian. Di Indonesia terdapat beberapa jenis bahan bakar jenis bensin yang memiliki nilai mutu pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin ini dihitung berdasarkan nilai RON (Randon Otcane Number). Berdasarkan RON tersebut maka BBM bensin dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
- Premium (RON 88) : Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda motor, motor tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol.
- Pertamax (RON 92) : ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal (unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi diatas tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection dan catalytic converters.
- Pertamax Plus (RON 95) :  Jenis BBM ini telah memenuhi standar performance International World Wide Fuel Charter (WWFC). Ditujukan untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan ramah lingkungan. Pertamax Plus sangat direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga yang menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI),Turbochargers dan catalytic converters.
g.     Avgas (Avitation Gasoline). Bahan Bakar Minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avgas didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin sistem pembakaran dalam (internal combution),  mesin piston dengan sistem pengapian. Performa BBM ini ditentukan dengan nilai octane number antara nilai dibawah 100 dan juga diatas nilai 100 . Nilai octane jenis  Avgas  yang beredar di Indonesia memiliki nilai 100/130.
h.     Pertamina Dex. Pertamina Dex merupakan bahan bakar mesin diesel modern yang telah memenuhi dan mencapai standar emisi gas buang EURO 2, memiliki angka performa tinggi dengan cetane number 53 keatas, memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah 300 ppm, jenis BBM ini direkomendasikan untuk mesin diesel teknologi injeksi terbaru (Diesel Common Rail System), sehingga pemakaian bahan bakarnya lebih irit dan ekonomis serta menghasilkan tenaga yang lebih besar.
i.      Avtur (Avitation Turbin). Bahan Bakar  Minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avtur didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin (external combution). performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur ditentukan oleh karakteristik  kemurnian bahan bakar, model pembakaran turbin dan daya tahan struktur pada suhu yang rendah.
j.      Produk-produk lainnya. Produk-produk lain dari proses pengolahan minyak bumi, masih sangat bermanfaat seperti minyak pelumas, waxes (lilin), greases (gemuk), aspal dan kokas.
2.2     Persediaan Bahan Bakar Minyak Bumi Saat Ini.

Ketersediaan bahan bakar minyak bumi semakin hari semakin terbatas. Sebagaimana  gambaran, diperkirakan cadangan minyak bumi di Laut Utara akan habis pada th. 2010.  Indonesia yang saat ini dikenal sebagai salah satu negara pengekspor minyak bumi juga  diperkirakan akan mengimpor bahan bakar minyak pada 10 tahun mendatang. Karena  produksi dalam negeri tidak dapat lagi memenuhi permintaan pasar yang meningkat dengan  cepat akibat pertumbuhan penduduk dan industri. Banyak upaya yang telah dilakukan  untuk menghadapi krisis energi ini, diantaranya adalah dengan memanfaatkan sumber  energi dari Matahari, batu bara, dan nuklir, serta mengembangkan bahan bakar dari sumber  daya alam yang dapat diperbaharui (renewable).
Brasil telah menggunakan campuran bensin dengan alkohol yang disintesis dari tebu untuk  bahan bakar kendaraan bermotor. Beberapa jenis minyak tumbuhan seperti minyak kelapa,  minyak kedelai, dan minyak sawit juga telah diteliti untuk digunakan langsung sebagai  bahan bakar kendaraan bermotor, seperti halnya nenek moyang kita dahulu menggunakan  minyak tumbuhan lokal sebagai bahan bakar alat penerangan.
Lebih lanjut, beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat telah mengembangkan dan  menggunakan bahan bakar dari minyak tumbuhan yang telah dikonversi menjadi bentuk  metil ester asam lemak, yang disebut dengan biodiesel. Negara-negara Eropa umumnya  menggunakan biodiesel yang terbuat dari minyak rapeseed, sedangkan Amerika Serikat  menggunakan biodiesel yang berbahan baku minyak kedelai. Sebagai negara penghasil  minyak sawit terbesar dunia, Malaysia dan Indonesia juga telah mengembangkan produk  biodiesel dari minya sawit (palm biodiesel) meskipun belum dilakukan secara komersial.
Pada saat ini bahan bakar minyak (BBM) yang ada di pasaran disintesa dari produk petrokimia yang menggunakan bahan baku berasal dari minyak bumi.  Ketersediaan minyak bumi sangat terbatas dan merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga harganya akan semakin meningkat. Indonesia yang saat ini dikenal sebagai salah satu negara pengekspor minyak bumi diperkirakan juga akan mengimpor bahan bakar minyak pada 20 tahun mendatang, karena produksi dalam negeri tidak dapat lagi memenuhi permintaan pasar yang meningkat cepat akibat pertumbuhan penduduk dan industri.
Indonesia adalah negara yang kaya akan energi, baik energi yang terbarukan maupun yang tidak dapat diperbaharui. Namun ironisnya Indonesia malah kekurangan energi, minyak tanah, solar dan premium menjadi barang langka sedangkan harga listrik kian melangit. Untuk itu mulai sekarang hendaknya kita mula serius melakukan tindakan untuk menghemat penggunaan produk produk dari minyak bumi.
Salah satu sektor pengguna yang konsumsi BBM-nya masih potensial ditekan adalah sektor automotif, khususnya kendaraan roda dua dan roda empat. Banyak tidaknya pemakaian BBM oleh satu kendaraan terutama ditentukan oleh besar volume (cc) mesin. Semakin besar cc-nya, semakin banyak kebutuhan BBM per satuan jarak tempuh. Contoh, sepeda motor 100 cc hanya mengonsumsi BBM 1:35 (satu liter BBM untuk jarak tempuh rata-rata 40 kilometer). Bandingkan dengan mobil yang 1000 cc yang memiliki rasio 1:12 dan mobil 2000 cc dengan rasio 1:7. Tetapi, untuk setiap jenis kendaraan yang ukuran cc mesinnya sudah tertentu, ada faktor-faktor lain yang memengaruhi boros tidaknya kendaraan mengonsumsi BBM, seperti yang dijelaskan berikut ini. Semakin berat kendaraannya, semakin boros kendaraan itu mengonsumsi BBM. Pemilik mobil memiliki kebiasaan membawa barang-barang ke mana saja mobil berjalan walaupun barang tersebut tidak diperlukan. Bagi pemain golf, menyimpan stik golf dan kelengkapannya di bagasi mobil adalah hal yang biasa agar sewaktu ada ajakan main, perlengkapan sudah tersedia. Berat satu set stik golf dapat mencapai 1-15 kilogram. Untuk mobil yang relatif tua, yang sudah mulai banyak rewelnya, di bagasi mobil biasanya ada oli cadangan, air aki, air radiator, tali derek, bahkan ada yang menyimpan dua ban serap di bagasi. Semua barang yang sebenarnya tidak diperlukan ini menambah beban kendaraan dan membuat mesin lebih boros. Kalau biasanya untuk jarak tempuh 50 kilometer hanya perlu 5,5 liter, dengan tambahan beban ”aneh-aneh” tadi, konsumsi BBM menjadi 5,88 liter atau lebih boros 0,38 liter untuk jarak tempuh yang sama. Bila di Jakarta ada 100.000 mobil yang perilaku pemilik mobilnya seperti di atas, maka dalam satu hari sudah terjadi pemborosan 38.235 liter. Pengemudi di Jepang hanya membawa perlengkapan mobil seperlunya. Barang bawaan juga terbatas hanya yang memang diperlukan.
Dari bincang-bincang dengan mekanik bengkel, sering pengemudi membawa mobil ke bengkel untuk keperluan lain, misalnya mencuci mobil, tetapi mekanik menemukan bahwa sistem rem kendaraan ada gangguan. Si pengemudi tidak menyadarinya sampai sang mekanik memberitahunya. Kendaraan yang sistem remnya tidak baik ada kalanya menyebabkan putaran ban agak tertahan oleh kanvas rem. Indikasinya, pelek ban biasanya memanas jika mobil dibawa berjalan, tarikan mesin serasa tidak bertenaga, ketika mobil berjalan melambat menuju berhenti maka mobil akan cepat mencapai posisi stop. Jika keadaan seperti ini terjadi, pemakaian BBM menjadi lebih boros. Karenanya, apabila pengemudi mobil merasakan kelainan sistem pengereman, jangan tunda memeriksakannya ke bengkel.
Keadaan lalu lintas yang padat di kota-kota besar memaksa pengemudi untuk sering memacu kendaraan dari keadaan berhenti dan setelah bergerak sedikit tiba-tiba harus menekan pedal rem. Perilaku seperti ini sering dilakukan pengemudi pada waktu lalu lintas macet. Alasannya, apabila kendaraan dari keadaan stop karena macet mulai dijalankan secara perlahan, bisa saja mobil di kiri atau di kanan tiba-tiba memotong ke depan, mengisi kekosongan tempat yang ditinggalkan mobil yang di depan sebelumnya .
Agar tidak sering di sodok pengemudi yang tidak sabaran, biasanya pengemudi di kota-kota besar langsung tancap gas bila mobil di depan bergerak. Putaran mesin persneling satu sudah langsung di angka 3.000-an. Padahal, baru 15 meter bergerak sudah berhenti lagi. Karenanya, mobil harus segera di rem. Perilaku seperti ini sering terjadi dan menyebabkan banyak BBM terbuang percuma. Seharusnya pengemudi lebih tertib, tidak saling sodok walaupun jalanan macet. Karenanya, tak ada salahnya pengemudi Indonesia juga mencoba bersikap sabar, menjalankan kendaraannya secara bertahap tanpa dipaksakan.
Mobil pribadi di kota-kota besar hampir semuanya memiliki AC. Dari pengamatan di jalanan, sebagian besar kendaraan pribadi menyalakan AC ketika sedang dikendarai. Penggunaan AC ini memengaruhi penggunaan BBM. Beberapa jenis mobil menunjukkan perbedaan pemakaian bahan bakar yang berbeda jauh antara saat pakai AC dengan saat tidak memakai AC. Misalnya, ketika tanpa AC, pemakaian BBM sebesar 1:11, yaitu 1 liter untuk 11 kilometer rata-rata. Jika pakai AC, pemakaian BBM menjadi 1:7 rata-rata. Andaikan perjalanan berangkat pagi ke kantor dan pulang malam sejauh 2 x 25 kilometer, penghematan BBM jika mobil berjalan tanpa AC adalah 2,6 liter per hari atau penghematan mencapai 30 persen.
Beberapa negara di dunia seperti Jepang saat ini mulai mencoba menerapkan kebiasaan mematikan mesin pada waktu kendaraan berhenti karena lampu lalu lintas merah. Percobaannya dimulai oleh bus angkutan umum di beberapa kota besar. Walaupun cara ini belum digandrungi di Jepang, tetapi apa yang mereka lakukan menunjukkan bahwa apa pun mereka coba untuk menekan konsumsi BBM.
Cara mematikan mesin pada waktu lampu lalu lintas masih merah mungkin belum cocok diterapkan di Indonesia. Selain karena waktu yang diperlukan untuk lampu berubah dari mulai merah ke hijau relatif singkat, cara seperti itu mensyaratkan mobil harus dalam kondisi sehat. Jangan-jangan, setelah mesin dimatikan karena lampu merah, ketika mau di-start, mesinnya ngadat karena akinya soak. Pengemudi Jepang sangat berupaya menghindarkan kemacetan. Yang dilakukan adalah menghindari berkendaraan pada jam berangkat dan pulang kantor.  Pengemudi di kota-kota besar di Indonesia dapat menerapkan semangat menghindarkan kemacetan ini. Misalnya, berangkat lebih pagi, pulang lebih larut. Bila harus berkendara pada jam sibuk, berupayalah mencari jalur alternatif guna menghindar dari kemacetan.
Sealin itu kita juga harus berupaya untuk tidak membuat acara-acara yang dapat membuat jalanan macet. Kalaupun harus membuat acara di lokasi yang lalu lintasnya ramai, penyelenggara acara jauh-jauh hari sudah memberi tahu masyarakat akan kemungkinan adanya gangguan lalu lintas, bahkan juga memberi informasi jalur-jalur alternatif.
Namun kenyataan yang ada di Indonesia beda lagi. Sering pesta perkawinan, pesta ulang tahun, dan hajatan lainnya harus menutup jalan umum yang menyebabkan lalu lintas harus dialihkan ke jalan yang lebih sempit dan lebih jauh. Atau, kalaupun ada acara perkawinan di gedung-gedung mewah, jalanan juga menjadi macet karena para tamu undangan semuanya pakai mobil pribadi. Bagaimana kalau ada yang berinisiatif menyelenggarakan resepsi pernikahan pada waktu senggang? Misalnya hari minggu antara jam 09.00 hingga jam 12.00? Waktu yang tidak lazim memang. Tetapi, pasti jalanan tidak macet, BBM juga tidak diboroskan. Peluang untuk melakukan penghematan energi masih terbuka besar di Indonesia. Kalau pejabat negara sudah mengimbau untuk menghemat pemakaian energi, tindak lanjutnya terpulang kepada masyarakat. Yang jelas, menghemat pemakaian energi akan menjamin tercapainya keharmonisan: efisiensi ekonomi, perlindungan lingkungan, dan ketersediaan energi jangka panjang.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indoneisa merupakan salah satu negara yang dianugrahi banyak sumber sumber tambang minyak bumi. Produk produk bahan bakar yang dihasilkan dari minyak bumi sangatlah bermanfaat bagi kehidupan manusia. Adapun produk bahan bakar yang dihasilkan dari minyak bumi adalah (1) gas (hidrokarbon ringan) yang biasanya dicairkan untuk dijual sebagai LPG, (2) bensol yang sering digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang, minyak diesel atau sering disebut solar biasa digunakan pada mesin diesel, (3) minyak bakar, minyak jenis ini memiliki tingkat kekentalan yang tinggi dibandingkan minyak diesel, (4) kerosin (minyak tanah) kerosin sering digunakan sebagai pelarut, dan bahan bakar mesin kapal terbang yaitu avtur, (5) bensin, nilai mutu jenis BBM bensin ini dihitung berdasarkan nilai RON (Randon Otcane Number). Berdasarkan RON tersebut maka BBM bensin dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: Premium (RON 88), Pertamax (RON 92) dan Pertamax Plus (RON 95), (6) avgas, Avgas didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin sistem pembakaran dalam (internal combution),  mesin piston dengan sistem pengapian, (7) Avtur (avitatiom turbin), Avtur didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin (external combution), (8) produk-produk lainnya, Produk-produk lain dari proses pengolahan minyak bumi, masih sangat bermanfaat seperti minyak pelumas, waxes (lilin), greases (gemuk), aspal dan kokas.
Namun ditengah melimpahnya tambang-tambang minyak bumi yang ada di Indonesia, Indonesia justru terus kekurangan pasokan bahan bakar minyak bumi. Pola konsumtif masyarakat Indonesia yang cenderung boros menggunakan bahan bakar menyebabkan keberadaan minyak bumi terus mengalami kelangkaan. Salah satu sector yang dominan banyak menggunakan bahan bakar minyak adalah kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil. Seperti yang terjadi di Indonesia saat ini penggunaan mobil pribadi semakin meningkat, meningkatnya pengguna kendaraan pribadi akan memicu terjadinya kemacetan, otomatis dengan terjadinya kemaceta ini membuat penggunaan BBM semakin banyak sebab kendaraan semakin lama dihidupkan. Mengingat banyaknya manfaat yang diberikan dari minyak bumi mengharuskan kita untuk menjaga dan melestarikan keberadaan minyak bumi melalui beberapa cara seperti, menghemat penggunaan AC, berangkat lebih awal untuk menghindari kemacetan, menggunakan bahan bakar alternative.
3.2 Saran-Saran
Seperti yang kita ketahui bahawa sebagian besar aktivitas manusia memerlukan minyak bumi, mulai dari memasak yang menggunakan gas LPG, menggunakan kendaraan yang memerlukan bahan bakar minyak, dan masih banyak yang lainnya. Namun keberadaan minyak bumi terus saja berkurang untuk itu kita wajib menjaga dan menghemat penggunaan minyak bumi dengan cara :
1. Semakin berat suatu kendaraan maka semakin banyak pula kendaraan tersebut menghabiskan BBM , maka barang-barang yang tidak perlu sebaiknya jangan dibawa saat berkendara

Minggu, 03 April 2011

Lirik Lagu Just The Way You Are



Oh her eyes, her eyes
Make the stars look like they're not shining
Her hair, her hair
Falls perfectly without her trying
She's so beautiful
And I tell her every day
Yeah I know, I know
When I compliment her
She wont believe me
And its so, its so
Sad to think she don't see what I see
But every time she asks me do I look okay
I say
When I see your face
There's not a thing that I would change
Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile,
The whole world stops and stares for awhile
Cause girl you're amazing
lyricsalls.blogspot.com
Just the way you are
Her nails, her nails
I could kiss them all day if she'd let me
Her laugh, her laugh
She hates but I think its so sexy
She's so beautiful 
And I tell her every day
Oh you know, you know, you know
Id never ask you to change
If perfect is what you're searching for
Then just stay the same
So don't even bother asking
If you look okay
You know I say
When I see your face
There's not a thing that I would change
Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile,
The whole world stops and stares for awhile
Cause girl you're amazing
Just the way you are
The way you are
The way you are
Girl you're amazing
Just the way you are
When I see your face
There's not a thing that I would change
Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile,
The whole world stops and stares for awhile
Cause girl you're amazing
Just the way you are

Kontroversi Pengarakan Ogoh-Ogoh Saat Pengrupukan

“Pengarakan ogoh-ogoh pada saat hari pengrupukan tak jarang menuai berbagai kontoversi. Hal ini disebabkan oleh dampak dari kurangnya kesadaran masyarakat. Minimnya kemampuan masyarakat dalam mengendalikan dirinya menyebabkan sering terjadinya bentrokan pada saat pengarakan ogoh-ogoh. Namun disisi lain budaya ogoh-ogoh ini cukup penting dan harus dilestarikan keberadaanya.”


Perayaan hari pengrupuk tanpa ogoh-ogoh rasanya kurang lengkap. Ogoh-ogoh merupakan simbul ‘kala’ atau hal-hal negative dalam diri manusia.   Pengarakan ogoh-ogoh dilakukan pada saat pengrupuk tepatnya satu hari sebelum Nyepi. Namun dalam pelaksanaanya pengarakan ogoh-ogoh kerap kali mengundang bentrokan antar daerah yang mengarak ogoh-ogoh. “Bentrokan pada saat pengarakan ogoh-ogoh itu memang kadang terjadi, hal tersebut disebabkan oleh kesadaran masyarakat yang kurang tentang apa sebenarnya makna dan tujuan dari kegiatan tersebut. Selain itu juga dipengaruhi miras dan emosi yang tak terkendali. Kalau bisa sebaiknya kegiatan ini dilombakan, jadi kalau sampai ada bentrokan perserta didiskualifikasi.” demikian dijelaskan oleh salah satu guru SMA 3 Denpasar, Ketut Suarma.  
Namun dilain sisi, pengarakan ogoh-ogoh ini penting untuk melestarikan budaya Bali dan dilihat dari segi makna kegiatan ini memang harus dipertahankan, seperti yang dituturkan oleh salah satu siswa SMA 3 Denpasar, I Wayan Phala Swara. “Sebelum dilihat dari makna pengaarakan ogoh-ogoh, manusia memiliki dua sifat utama, yaitu sifat kedewaan dan sifat keraksasaan. Sifat kedewaan ini harus selalu dikembangkan, sementara sifat keraksasaan perlu dikekang. Dalam hari suci Nyepi sebagai media untuk introspeksi diri, sifat kedewaan ini harus dimunculkan dan keraksasaan dikendalikan.Dalam h-1 Nyepi dikenal dengan hari pengrupukan yang umumnya dilaksanakan pengarakan ogoh-ogoh yang merupakan symbol sifat negative pada manusia. Setelah selesai diarak keliling desa maka ogoh-ogoh ini akan dibakar, maknanya yaitu melebur segala unsur keraksasaan pada manusia. Dan membuka lebaran baru dengan mengutamakan sifat kedewaan.”
Asalkan bisa dilaksanakan sesuai dengan tujuan, pengarakan ogoh-ogoh ini memiliki banyak keuntungan. Dan perlu dipertahankan untuk kedepannya. “menurut saya pengarakan ogoh-ogoh itu merupakan keunikan budaya Bali yang penuh dengan makna. Pada saat pembuatan ogoh-ogoh  para muda-mudi berkumpul hal ini akan meningkatkan interkasi dan bisa belajar bekerja sama. Dari sini juga para muda-mudi bali bisa menuangkan kreatifitas seninya. Selain itu dari segi ekonomis juga merupakan daya tarik bagi wisatawan  ditambah lagi keesokan harinya pada saat Nyepi tidak boleh ada yang keluar, jadi semakin lama para wisatawan menetap di Bali menguntungkan hotel-hotel dan juga menambah devisa Negara” ujar salah satu siswi SMA 3 Denpasar
Kontoversi saat pengrupukan hanyalah akibat dari sifat keraksasaan manusia yang tidak bisa mengendalikan emosinya. Asalkan manusia bisa mengutamakan sifat kedewaanya hal seperti ini tidak akan terjadi. Tidak etis rasanya kita melupakan budaya yang sarat makna hanya karena kurangnya pengendalian emosi pada manusia. (nma)

Contoh Pidato Bahasa Inggris

THE EFFECT OF GLOBAL WARMING

Ladies and gentleman, good morning. How are you? I would like to present my speech that is “The effect of global warming.” This is a great opportunity for me to be here, to share my experience with you. Thanks God, and big thank to  SMA………  give me chance to be here and tell everyone effect of global warming in our life.
Ladies and gentleman, have you heard about global warming? Yes, that right global warming is not strange for us. We heard this on television, radio, and we read about it in newspaper. Six month ago in Bali was held an international submit for climate change, actually the topic that has discussed has close relation with global warming. So, what is global warming?
Ladies and gentleman global warming is the increasing of the temperature in the average measured of the earth in the atmosphere. The sunshine breaks trough the atmosphere, a part of it will be reflected and the other will be absorbed by the earth. Those caused the earth surface become hotter and hotter, and cause surface radiating and the energy to atmosphere like infrared radiance. Ecological changes that happened at environment where human being on other mortal of life bring horrible impact to mankind. Physic low express peripatetic wind of cool place to hotter place. So, different temperature an area with other area very extreme when at the same have triggered hurricane appearance, storm and tornado.
Ladies and gentleman, global warming occur because the ozone layer is thin caused by some matters like illegal logging, green house effect, and the over consumption of perfume and tissue. Because of the thing above the sunshine is difficult to reflect. It also cause the weather is not stable.
Ladies and gentleman, the direct effect of global warming is, ice in the earth poles melting, and give the direct impact toward high volume of sea water, glacier retreat, the life of sea organism and also can influence the flow of the sea disturb the habitat of nature and animal. It is also cause climate, cause long dry season and rainy season which it period is short but with increase rainfall. Long dry season cause falling of agriculture and lack of clean water, which it is occur in many place in Indonesia. The height rainfall also cause flood everywhere.
Ladies and gentleman, to overcome that thing we can do a lot of thing by planting trees on our environment, reforestation, lack consumption the thing which are contain many chemistry material, so the nuisance of climate which emerged by global of global warming not mortally.
Let’s “SAVE OUR NATION”










                                                                                                                                              

Sabtu, 02 April 2011

TRIAPENTA

Triapenta adalah sebuah organisasi jurnalistik para pelajar angkatan 34 Trisma yang terdiri dari lima anggota yaitu Saya (x6), ratih (X3), dodek (X1), mita (X5) dan devi (X7). Triapenta terdiri dari dua suku kata yaitu 'tria' dan 'penta'. Tria artinya 3 dan penta artinya 5. artinya kumpulan lima orang yang membentuk kelompok 3. kami adalah kelompok 3 dari 6 kolompok yang ada di ekstra Madyapadma SMA 3 Denpasar. 
TRIAPENTA
ini anggota kelompokku, sebenernya aku malu posting foto ini, secara mukaku kaya mau buat ktp. tapi yasudahlah. yang paling kiri namanya mita, sebelahnya mita aku, sebelahku dodek, sebelahnya dodek ratih dan yang paling kanan namanya devi.
ini kalo lagi buat kording, berantakan, sibuk gunting-gunting sama nempel-nempel. bergelut dengan lem dan kertas. :)













ini kording ke berapa ya?? lupa. ini temanya tentang pembagian raport. jadi layoutnya harus nyambung jg.. :)













ini layout temanya tentang hari air sedunia. ini paling cepet buatnya, deadline hari sabtu kita jumat udah slese, buatnya cuman dua hari. padahal biasanya buatnya satu minggu...
bagus ya... hehehe










ekstra MP itu asik loo, emang sih kadang-kadang capek buat kording, tapi kalo dijalanin seru kok :D
hehehe semangat buat TRIAPENTA !
sukses buat MADYAPADMA TRISMA :D

waktu ku kecil :D

Cerpen Bahasa Jepang

Pada hari sabtu itu, suasana di kelasku ribut seperti bagaimana kelas-kelas lainnya saat tidak ada guru. Ada yang sekedar ngobrol-ngobrol, ada yang online, ada yang jailin temenya, dan ada juga yang kejar-kejaran. Pada saat itu adalah jam pelajaran bahasa jepang, namun guru bahasa jepang kami ‘Sensei’ tidak masuk.
Ditengah suasana kalut di kelas kami, tak banyak yang melihat pengumuman yang ada di papan tulis. Namun tidak sengaja aku melihat pengumuman itu, “Tugas Bahasa Jepang : Buatlah nama 20 masakan Indonesia dalam huruf katakana. Buat di kertas lempiran. Kumpul sekarang!” demikian tertulis di papan tulis. Melihat pengumuman itu, akupun langsung mencoba membuatnya, setelah dicoba ternyata cukup susah, ditambah lagi keahlianku di Bahasa Jepang memang pas-pasan. Akhirnya aku pun batal membuat tugas tersebut dan kembali ngobrol-ngobrol dengan teman-teman yang lain. Bel pun berbunyi, semua siswa pulang tanpa ada yang mengumpul tugas bahasa jepang.
Seminggu kemudian, kami kembali mendapat pelajaran bahasa jepang. Sensei masuk kelas kami dan berkata “Selamat pagi sepuluh enam…!”. “Selamat pagi sensei” begitu kami membalas salamnya. Kemudian sensei berkata lagi “Sepuluh enam kenapa tidak ada yang mengumpul tugas dari Sensei…?” semua siswa terdiam. Kemudian sensei bertanya kepada ketua kelas “Mana ketua kelasnya…?!” “Saya sensei..” sahut ketua kelas kami. “Sebagai ketua kelas kamu seharusnya mengatur teman-teman kamu! Kalau ada tugas suruh mereka buat! Jangan kamu yang diatur teman-teman kamu!” demikian sensei berkata dengan nada yang agak keras. Kami semua terdiam, baru kali ini kami melihat seorang sensei yang baik hati memarahi kami, dan semua itu terjadi memang karena kesalahan kami. Nampaknya sensei begitu marah atas sikap kami. “Sensei tidak mengerti kenapa sepuluh enam tidak ngumpul tugas. Sensei cari-cari di meja sensei tidak ada ternyata kalian memang tidak ngumpul tugas. Sepuluh satu yang pelajaran bahasa jepangnya jam terakhir saja ngumpul tugas. Baru kali ini sensei diperlakukan seperti ini.” ungkap sensei yang nampaknya begitu kesal terhadap kami. Suasana kelas hening seketika. “Hari ini sensei enggak mau ngajar di kelas sepuluh enam.” demikian diucapkan sensei yang membuat kami semakin merasa bersalah. Setelah sensei keluar, sensei melaporkan sikap kami terhadap wali kelas kami. Kemudian kamipun ditegur oleh wali kelas kami. Setelah kejadian ini, beberapa perwakilan dari kelas kami minta maaf terhadap sensei.

Seminggu kemudian, saat pelajaran bahasa jepang. Kami menunggu-nunggu kedatangan sensei, namun sensei tidak juga datang. Beberapa teman kami kemudian ke ruang guru mencari sensei untuk meminta maaf kepada sensei dan meminta agar sensei mau mengajar di kelas kami lagi. Akhirnya sensei pun datang ke kelas kami, namun kali ini suasananya sudah berbeda, dulu kami masih bisa tertawa dan menikmati pelajaran dengan santai, namun sekarang yang ada hanya suasana tegang, perasaan takut dan rasa bersalah. Sensei mengungkapkan pada kami betapa kecewanya ia akan perlakuan kami. “Sensei nggak ngerti kenapa kalian melakukan hal ini terhadap sensei. Selama bertahun-tahun sensei mengajar di SMA 3 baru kali ini sensei menghadapi kejadian seperti ini. Selama sensei mengajar di sini tidak ada anak SMA 3 yang seperti kalian. Atau mungkin kalian bukan anak SMA 3, anak SMA 3 selalu disiplin dan bertanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan gurunya tapi sepuluh enam tidak ada satu orang pun yang mengerjakan tugas sensei. Sensei selalu berusaha menjadi guru yang menyenangkan murid-muridnya, menjadi guru yang tidak memberikan beban untuk murid-muridnya, tapi perlakuan kalian tidak demikian terhadap sensei. Kalian tidak mengerjakan tugas sensei, berarti kalian tidak menghargai sensei kalian menolak kehadiran sensei. Mulai sekarang sensei akan berusaha menjadi guru yang tidak menyenangkan bagi murid-muridnya. Sensei akan masuk kelas kalian sesuka hati sensei, sama seperti kalian mengerjakan tugas sensei sesuka hati kalian. Tapi kalau nanti sakit hati sensei sudah hilang atau sensei kasian sama kelas kalian, sensei mungkin akan mengajar lagi di kelas kalian. Sensei tidak akan mengajarkan materi terhadap kalian, silahkan kalian belajar sendiri.” Semua siswa tercengang mendengar perkataan sensei, tak satupun ada yang bicara. “Untuk hari ini sensei tidak menyampaikan materi, ada yang ingin menyampaikan sesuatu?” tanya sensei. Semua siswa hanya menunduk dan tidak ada yang berani bicara. “Baiklah sekian dari sensei. Selamat siang!” ujar sensei. Sensei pun keluar kelas kami, tidak ada yang bisa kami lakukan kecuali penyesalan. Kini kami hanya bisa menikmati hukuman dari perbuatan kami. Kebersamaan juga bisa merugikan jika disalahgunakan.

Jumat, 01 April 2011

Contoh Dharmawacana Agama Hindu

Terimakasih atas kesempatan yang diberikan pada hari ini. Sebelum menyampaikan darmawacana mengenai srada, saya ingin mengucapkan puja panganjali terlebih dahulu. “Om Suastiastu”
Pada kesempatan kali ini saya perwakilan dari kelas X6, akan menyampaikan darmawacana mengenai sradha. Agama yang kita anut disebut dengan ‘Agama Hindu’ atau disebut juga ‘Hindu Dharma’. Adapun tujuan dari Agama Hindu adalah untuk mencapai kebahagiaan/kedamaian rohani dan kesejahteraan hidup jasmani.
Di dalam kitab suci Weda tujuan agama Hindu tersebut disebut dengan istilah “Moksartham jagaditha ya ca iti dharma”, yang artinya dharma atau agama itu adalah bertujuan untuk mencapai “moksa” (kebahagiaan) rohani dan “jagaditha” (kesejahteraan) hidup untuk semua makhluk.
Agama Hindu memiliki lima keyakinan yang disebut “Panca Srada”. Panca sradha terdiri dari 5 bagian, yaitu percaya dengan adanya Sang Hyang Widhi ( Brahman), percaya dengan adanya atma( Atman), percaya dengan adanya karmaphala ( karman), percaya dengan adanya punarbhawa ( samskara ), percaya dengan adanya moksa. Dalam kesempatan kali ini saya hanya akan membahas mengenai moksa.
Bersatunya Brahman dengan Atman akan tercapai keadaan sat cit anandha yaitu kebahagiaan yang abadi, hal itulah yang dinamakan dengan moksa. Moksa merupakan salah satu bagian dari panca sradha yang merupakan  pokok keimanan dalam agama Hindu. Moksa merupakan tujuan tertinggi dalam hidup setiap orang, yang pencapaiannya didasarkan pada cinta kasih dan ketidak terikatan. Keberadaaan alam surga dan neraka dalam agama Hindu bukanlah tujuan hidup yang tertinggi. Karena alam-alam ini merupakan alam fenomena yang dialami oleh atman bersama karmaphalanya masing-masing waktu hidupnya di dunia. Usaha-usaha untuk menuju moksa itu adalah dinilai dari sifat dasar ajaran agama, seperti berperilaku yang baik, berdana, bernyadnya, dan tirta yatra.
Semua usaha-usaha ini dapat dilakukan secara bertahap yang didasari oleh niat yang baik, sehingga  pada akhirnya seseorang dapat melepaskan dirinya dari keterikatan yang mengarah pada adharma.
Demikian darma wacana yang dapat saya sampaikan. Maafkan jika ada salah kata. Semoga darma wacana ini dapat bermanfaat bagi semua umat Hindu. Sekian dan terimakasih. Om Santih, Santih, Santih Om

Kontroversi Penggolongan Masyarakat Hindu di Bali


Sebagaimana seperti yang sudah kita ketahui bahwa tujuan hidup tertinggi yang hendaknya dicapai oleh umat hindu adalah moksa, dimana moksa merupakan alam keabadian, tidak ada kesedihan, yang ada hanyalah kebahagiaan yang abadi. Untuk mencapai tujuan hidup itu harus dilakukan secara bertahap. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan empat dasar profesi yang digolongkan berdarkan bakat dan minat yang ada dalam diri seseorang. Empat jenis profesi yang didasarkan pada perbedaan bakat dan minat ini disebut dengan istilah Catur Warna. Dimana catur warna ini terdiri dari Brahmana (pendeta) , Ksatria (pelindung), Waisya(pedagang/petani) dan Sudra (pelayan). Catur Warna ini bersumber dari kitab suci Weda yang juga berarti bahwa catur warna adalah wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa. Namun dalam penerapannya terjadi penyimpangan penafsiran yang mengubah system catur warna menjadi system kasta di India dan Wangsa di Bali yang jauh berbeda dengan konsep catur warna yang sesungguhnya. Penyimpangan pemahaman konsep catur warna ini tentunya akan sangat meracuni perkembangan agama Hindu dalam menuntun generasi Hindu kedepannya. Sebagai akibatnya banyak kasus yang timbul dan dampaknya benar-benar merusak citra agama Hindu yang merupakan agama tertua di dunia.
Di Negara India sendiri terdapat sebuah rumpunan orang dari bangsa Indo-Eropa yang masuk ke India melalui arah barat daya yang dikenal dengan sebutan Bangsa Arya. Bangsa Arya dikenal sebagai bangsa yang suka perang, bangsa arya ini mampu menaklukan bangsa India asli. Bangsa Arya hidup berpindah-pindah (nomaden) untuk mencari daerah yang subur. Untuk mempertahankan keberadaan masyarakatnya agar tetap mendominasi suku yang ditaklukannya maka bangsa arya ini mengembangkan sebuah sistem organisasi social dimana system organisasi social ini lebih dikenal dengan sebuatan Catur Warna. Kata Catur Warna berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata ''Catur" berarti empat dan kata "warna" yang artinya memilih. Catur Warna berarti empat pilihan hidup atau empat pembagian dalam kehidupan berdasarkan atas bakat dan ketrampilan seseorang, serta keahlian kerja yang dimiliki sebagai hasil dari  pendidikan yang diterimanya, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya dan juga didukung oleh ketangguhan dan kekuatannya dalam menghadapi suatu pekerjaan. Empat golongan yang terkenal dengan istilah Catur Warna itu ialah: Brahmana, Ksatrya, Wesya, dan Sudra. Catur warna di India ini terdiri atas empat lapisan masyrakat yang dimana tiap lapisan mempunyai fungsi dan karakteristiknya masing-masing.
 Empat lapisan catur warna tersebut yaitu terdiri dari yang pertama disebut golongan brahmana, brahmana atau pendeta merupakan kaum yang ahli di bidang keagamaan dan kaum ini juga merupakan kaum yang bertanggung jawab dalam melakukan upacara ritual-ritual keagamaaan. Kaum Brahamana adalah mereka yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi, mengerti tentang kitab suci, mengerti tentang ketuhanan dan juga ilmu pengetahuan. Para Brahmana ini memiliki kewajiban untuk mengajarkan ajaran ketuhanan dan ilmu pengetahuan ke masyarakat. Kaum Brahmana juga memiliki kewajiban sebagai penasehat pada kaum kesatria dalam melaksanakan roda pemerintahan.. Golongan kaum brahmana disimbulkan dengan warna putih, dimana golongan ini memiliki fungsi di dalam masyarakat yang setiap orangnya memfokuskan pengabdian dalam berkewajiban membantu dan member arahan di bidang kerohanian dan  keagamaan. Rsi, Pedanda, Pendeta, Pastur, Kyai dan tokoh-tokoh agama lainnya, Dokter, Ilmuwan, Guru dan profesi yang sejenis dapat digolongkan kedalam Warna Brahmana

 Lapisan catur warna yang kedua yaitu golongan ksatria atau bisa juga disebut golongan bangsawan atau priyayi. Golongan ksartria ini merupakan golongan yang harus memeperthankan penduduk dari serangan para musuh di medan tempur. Sesuai dengan namanya golongan ksatria haruslah menjadi ksatria penolong bagi para penduduknya. Kaum ksatria adalah mereka yang memiliki sikap pemberani, jujur, tangkas dan memiliki kemampuan mengatur atau memanager dalam dunia pemerintahan.. Golongan kaum ksatria disimbulkan dengan warna merah adalah golongan ini merupakan golongan yang memiliki fung di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidangi penting dalam masyarkat, seperti dibidang  kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan keamanan negara. Mereka yang masuk kedalam golongan warna Ksatria antara lain, presiden atau pemimpin negara, aparatur negara, prajurit atau angkatan bersenjata.
 Dan golongan catur warna yang ketiga disebut dengan istilah golongan waisya atau golongan masyarakat yang berprofesi sebagi petani dan pedagang. Golongan ini merupakan golongan yang menghasilkan bahan makanan dan golongan ini merupakan satu-satunya golongan yang harus membayar pajak. Kaum waisya adalah orang-orang yang memiliki keahlian dibidang berbisnis, bertani dan berbagai profesi lainnya yang bergerak dalam bidang ekonomi. Golongan kaum waisya ini disimbulkan dengan warna kuning,  golongan ini merupakan kaum  di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang kesejahteraan masyarakat seperti di bidang perekonomian, perindustrian, dan lain- lain. Contoh profesi yang termasuk dalam warna waisya ini adalah para pedagang, petani, nelayan, pengusaha, dan sejenisnya.
 Dan golongan catur warna pada lapisan yang terakhir dikenal dengan sebutan golongan sudra atau tepatnya ini adalah golongan para buruh. Golongan ini merupakan golongan yang sebelumnya merupakan budak taklukan, melayani kelas golongan-golongan lainnya dengan cara kerja keras. Kaum sudra adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan terbatas, sehingga mereka lebih cenderung bekerja dengan kekuatan fisik, bukan otak. Golongan kaum sudra ini disimbulkan dengan warna hitam. Golongan ini adalah kaum yang memiliki fungsi  di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang ketenagakerjaan. Contoh profesi sudra adalah pembantu rumah tangga, buruh angkat barang, tukang becak dan sejenisnya.
Disamping keempat lapisan golongan catur warna ini, terdapat juga golongan yang tidak mempunyai kasta, dimana golongan ini telah kehilangan kastanya karena disebabkan oleh pelanggaran yang mereka lakukan dalam upacara ritual keagamaan. Kelompok yang tidak  memiliki karta seperti ini dikenal dengan sebutan golongan para paria. Bagi masyarakat yang berada posisi pada lapisan golongan paria ini berkerja diluar aturan empat lapisan kasta tersebut. Secara social, pekerjaan golongan masyarakat paria ini tidak diakui sebagai suatu pekerjaan yang diharapkan oleh masyarakat.
Warna seseorang ditentukan oleh ‘guna’ dan ‘karma’nya. Guna artinya minat dan bakat sebagai landasan terbentuknya profesi seseorang. Jadi yang menentukan jenis warna seseorang adalah jenis profesinya bukan dari keturunannya. Sedangkan kata karma memiliki arti perbuatan dan pekerjaan. Seorang yang berbakat dan punya keakhlian (profesi) di bidang kerohanian dan pendidikan serta bekerja juga di bidang kerohanaian dan pendidikan itulah yang dapat disebut ber warna Brahmana. Demikian juga orang yang dapat disebut ber varna Ksatriya adalah orang yang berbakat dan punya keakhlian di bidang kepemimpinan dan pertahanan. Orang yang berbakat di bidang ekonomi dan bekerja juga dalam bidang ekonomi ialah yang dapat disebut Waisya. Sedangkan orang yang hanya mampu bekeda hanya dengan menggunakan tenaga jasmaninya saja karena tidak memiliki kecerdasan disebut Sudra. Warna seseorang tidak dilihat dari keturunannya. Misalnya warna Brahman seseorang tidak dilihat dari jenis warna ayah dan ibunya, meskipun ibunya ber warna brahmana belum tentu anaknya juga brahmana, itu tergantung dari minat dan profesi seseorang.
Dalam perjalanan kehidupan di masyarakat dari masa ke masa pelaksanaan sistem Catur Warna cenderung membaur mengarah kepada sistem yang tertutup yang disebut Catur Wangsa atau Turunan darah. Pada hal Catur Warna menunjukkan pengertian golongan fungsional, sedangkan Catur Wangsa menunjukkan Turunan darah.
Tatanan desa pakraman yang diperkenalkan oleh Mpu Kuturan pada abad ke-10 Masehi, diperbaharui oleh Dang Hyang Nirartha menjadi sistem wangsa yang secara luas lebih dikenal sebagai sistem kasta. Dimana system ini dimaksudkan agar pemerintahan tetap berjalan dengan lancar. Sayangnya, hanya anggota tiga golongan pertama yang mendapat pengakuan dan perlakuan terhormat  dalam masyarakat, dengan sebutan Tri Wangsa. Penyimpangan yang dilakukan dalam sistem wangsa ini adalah penggolongan masyarakat didasarkan pada status kelahiran dan garis keturunan seseorang, bukan berdasarkan bakat, sifat, dan pekerjaan seseorang seperti pada konsep Catur Warna menurut Weda.
Penyimpangan tersebut terlihat pada fakta bahwa keluarga Dang Hyang Nirartha dan seluruh keturunannya diangkat menduduki golongan brahmana, keluarga Raja Dalem Batur Enggong beserta keturunannya mendapat status sebagai golongan ksatria, para arya atau senapati dan prajurit pengikut Dang Hyang Nirartha dari Majapahit menjadi para waisya, sedangkan para pemimpin kerajaan-kerajaan lain di Bali yang tunduk kepada Raja Dalem Batur Enggong menjadi diberi label sebagai golongan sudra. Diskriminasi terlihat jelas pada  para warga pemberontak yang merupakan penduduk asli Bali,  dianggap sebagai warga jaba atau diluar sistem kasta.
Konsep desa pakraman yang telah bejalan lama pada umat hindu di Bali pada masa itu, dibebani dengan sistem ”kasta”, dengan tujuan agar para raja bisa berkuasa lebih lama. Pakraman juga dibebani dengan tafsiran agama yang berbasiskan pada status kasta. Sehingga upacara-upacara keagamaan  yang dilakukan berubah menjadi ajang adu gengsi dan pamer status untuk menunjukkan kasta seseorang. Dalam masa itu Dang Hyang Nirartha dan Raja Dalem Batur Enggong mengeluarkan banyak babad dan purana yang mengatur tentang pelaksanaan upacara atau ritual bernafaskan kasta atau wangsa. Dalam babad-babad seperti itu disebutkan bahwa hanya para pedanda atau brahmana keturunan Dang Hyang Nirartha yang boleh menjadi pemimpin upacara keagamaan. Upacara-upacara agama ditandai dengan mempersembahkan sarana sesajen dan persembahan yang menelan biaya mahal. Semakin megah dan semakin banyak ragam sesajen yang disediakan, semakin tinggi status sosialnya dalam masyarakat.
Tradisi yadnya atau upacara keagamaan yang berdasarkan status kasta dan gaya kepemilikan individu atas tanah tersebut saat ini semakin menunjukkan sisi buruknya. Demi status kasta, untuk melaksanakan yadnya, masyarakat Bali terpaksa harus menjual tanahnya. Penjualan tanah sebagai aset kekayaan yang sangat penting itu sering berakibat terjadinya proses pemiskinan. Anehnya, para brahmana keturunan tersebut tidak pernah berupaya untuk melakukan perbaikanmterhadap penyimpangan ini. Sebagian dari mereka justru larut dan menikmati dalam budaya seperti itu. Sebab secara ekonomi, mereka para golongan brahmana mendapatkan keuntungan dari pelaksanaan upacara besar-besaran. Hal ini terjadi, karena berbagai sarana upakara dan sesajen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan ritual harus dibeli dari para pedanda tersebut.
Upaya melestarikan sistem kasta tersebut juga masih terlihat dengan jelas dalam berbagai praktek keagamaan masyarakat Hindu di Bali pada zaman modern ini. Hal ini terlihat pada pelaksaan upacara-upacara keagamaan besar yang hanya boleh dipimpin oleh para pedanda atau pendeta yang disebut sebagai Tri Sadhaka. Tri Sadhaka adalah sebutan bagi para pendeta yang merupakan Pedanda sekte Siwa, Pedanda sekte Buda, dan Pedanda sekte Bujangga Wesnawa, yang bertugas memimpin rangkaian upacara-upacara besar keagamaan di Bali. Dari berbagai sekte yang pernah berkembang di Bali, ketiga sekte inilah yang terbesar dan masih berpengaruh hingga kini. Menurut tradisi turun temurun, hanya para brahmana yang berasal dari tigawangsa inilah yang boleh memimpin upacara-upacara tersebut. Namun karena penetapan pendeta pemimpin upacara itu sangat bernuansa kasta, terjadilah upaya pelurusan yang dilakukan oleh generasi muda Hindu. Mereka menganggap, semua pendeta yang memenuhi syarat kesuciannya dapat memimpin upacara itu, tidak peduli kedudukan dan status sosialnya dalam masyarakat. Namun sampai sekarang hanya para pedanda dari Tri Wangsa saja yang dianggap sebagai pemimpin upacara yang sah, sedangkan pendeta dari soroh lain hanya dianggap membantu.  Penetapan siapa yang boleh menjadi pemimpin upacara dalam upacara-upacara di Pura di Bali seolah-olah menjadi penyakit kronis yang selalu mengundang pertengakaran umat Hindu di Bali setiap tahun. Sebagian komunitas umat yang menyadari penyimpangan yang terjadi dalam praktek keagamaan tersebut berupaya melakukan koreksi. Namun hal itu berakibat pada terjadinya perselisihan paham diantara komunitas-komunitas umat Hindu di Bali.
Masih adanya pengaruh sistem kasta hingga saat ini pada kehidupan umat Hindu di Bali, tercermin pada kasus terjadinya konflik pada tubuh lembaga Parisada Hindu Dharma Indonesia. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) merupakan lembaga tertinggi umat Hindu di Indonesia yang bertugas mengayomi, membina dan memajukan umat Hindu Indonesia. Namun dalam perjalanannya sejak tahun 1959,   lembaga ini masih diwarnai oleh nuansa feodalisme dalam tubuh kepengurusannya. Beberapa posisi kepengurusan masih wajib diisi oleh parasulinggih yang merupakan keturunan dari Tri Wangsa.
Selain golongan kaum Tri Wangsa di bali terdapat pula istilah “soroh”. Soroh merupakan pengelompokan warga bali berdasarkan garis keturunan leluhurnya. Ada ratusan soroh dalam umat Hindu di Bali. Namun istilah soroh sering pula dipandang secara negatif sebagai pengelompokkan orang berdasarkan keturunan atau ikatan gen yang sesungguhnya merupakan perwujudan sistem kasta.
Terdapat pula istilah ‘sampradaya’ , mungkin istilah ini masih asing bagi beberapa orang. Sampradaya  adalah istilah untuk menyebut sebagian warga umat Hindu yang membentuk elompok studi spiritual dan mempraktekkan ajaran-ajaran agama Hindu  yang praktek keagamaannya lebih menekankan  pada   pelaksanaan aspek-aspek spiritual. Ajaran-ajaran tersebut berkembang dan ditekuni oleh sebagian umat Hindu di Indonesia, sebagai hasil dari interaksi dan komunikasi sebagian generasi muda Hindu di Indonesia dengan komunitas-komunitas spiritual yang ada di India. Ajaran sampradaya-sampradaya tersebut umumnya lebih dekat dengan ajaran-ajaran weda yang sesungguhnya, dan tidak banyak dikaburkan dengan pengaruh adat-istiadat seperti yang terjadi pada agama Hindu Bali. Contoh-contoh sampradaya tersebut antara lain adalah Hare Krishna, Say Studi Group, Brahma Kumaris, Trancendental Meditation, Veerasaivisme, dan lain-lain. Secara alamiah, umat Hindu di Bali yang tergabung dalam berbagai soroh tidak menyukai keberadaan sampradaya-sampradaya tersebut. Hal ini terjadi karena mereka memiliki perbedaan penekan dalam menjalankan ajaran agamanya, yang satu lebih menekankan aspek spiritual, sedangkan yang lainnya lebih berkutat pada aspek ritual tanpa disertai upaya pemahaman filsafatnya. Tampak bahwa dalam berbagai sampradaya, terdapat upaya yang bersungguh-sungguh dalam memberikan pengetahuan rohani dan pendidikan nilai-nilai ajaran Veda kepada generasi muda Hindu khususnya, dan umat Hindu pada umumnya. Hasil dari kegiatan seperti itu adalah terciptanya generasi muda Hindu yang bertaqwa kepada Tuhan, memiliki budi pekerti yang luhur, dan bermoral tinggi. Namun demikian, kegiatan pendidikan nilai-nilai agama yang dilakukan oleh berbagai sampradaya tersebut masih mendapat tentangan dari kalanganpedanda, sulinggih dan brahmana keturunan yang masih membanggakan dirinya sebagai keturunan tri wangsa.
Dari pemaparan di atas, tampak jelas bahwa umat Hindu di Bali masih terperangkap pada konflik-konflik kepentingan dan kemelut antar kelompok. Selain itu, terdapat kecenderungan umat Hindu di Bali untuk mencari identitas diri mereka dengan cara menelusuri kembali garis keturunan para leluhurnya. Mereka kemudian membentuk soroh, gotra, atau pungkusan yang dalam prakteknya menjadikan warga soroh tertentu membanggakan leluhurnya yang dianggap lebih tinggi derajatnya dari leluhur soroh yang lain.  Proses pembodohan umat juga masih dilakukan oleh golongan-golongan tertentu, misalnya dengan masih mempertahankan konsep Tri Sadhaka atau Tri Wangsa dalam pelaksanaan upacara-upacara keagamaan. Ritual keagamaan dibuat sedemikian megah dan rumitnya dengan biaya yang mahal, tanpa disertai upaya penjelasan filosifi dan maknanya. Generasi muda Hindu yang mencoba melakukan perbaikan dan pelurusan terhadap penyimpangan yang terjadi, dengan mengajak kembali pada ajaran Weda, justru dituduh ingin “meng-India-kan” Bali. Konflik-konflik kepentingan tersebut yang terjadi secara berkepanjangan, bermuara pada terabaikannya kegiatan pembinaan dan pendidikan nilai-nilai religius umat Hindu di Indonesia
Sumber pemicu konflik-konflik kepentingan tersebut dapat dengan jelas ditelusuri kembali asal-usulnya. Yaitu sebagai akibat masih kuatnya warisan pengaruh sistem kasta, atau system wangsa yang diperkenalkan oleh Dang Hyang Nirartha pada abad ke-15 Masehi. Sistem wangsa tersebut berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses hilangnya komponen-komponen pendidikan dan penanaman nilai-nilai agama Hindu kepada umat Hindu di Indonesia.
Sistem wangsa menganggap seseorang otomatis sebagai brahmana bila ia terlahir dalam keluarga brahmana. Padahal menurut konsep catur warna, seseorang disebut brahmana bukan karena kelahiran. Seseorang disebut brahmana bila ia memiliki sifat dan pekerjaan kebrahmanaan, yaitu samah (kedamaian), damah (mengendalikan diri), tapah (pertapaan), saucam (kesucian),  ksantih  (toleransi), arjavam (sifatkejujuran), jnanam (pengetahuan),vijnanam (kebijaksanaan), dan astikyam  (taat kepada prinsip keagamaan). Jelaslah bahwa pengakuan seseorang sebagai brahmana bukanlah tergantung pada kelahiran dan keturunannya, melainkan berdasarkan sifat-sifat mulia yang dimilikinya.
Dalam prakteknya, sistem wangsa di Bali mengakui seseorang sebagai brahmana, kalau ia lahir dalam garis keturunan Dang Hyang Dwijendra dan Dang Hyang Asthapaka. Padahal, perilaku mereka seringkali tidak mencerminkan kesucian dan perilaku seorang brahmana. Hal ini sama dengan seorang anak yang terlahir dalam keluarga dokter otomatis dianggap sebagai dokter. Sudah barang tentu dibutuhkan latihan dan pendidikan yang benar untuk melihat apakah anak tersebut memang memiliki bakat untuk menjadi dokter. Dalam praktek kesehariannya, para brahmana keturunan tersebut justru memelihara kebiasaan berjudi dan menyabung ayam dalam komplek-komplek tempat persembahyangan umat Hindu. Mereka tidak memiliki pengetahuan agama Hindu yang benar.
Dalam sistem brahmana keturunan seperti itu, tidak ada lagi yang dapat diharapkan menjadi seorang guru spiritual dalam artian yang sesungguhnya. Karena dalam diri mereka tidak pernah terjadi pembelajaran ajaran-ajaran Weda, dan tidak pernah mempraktekkan ajaran-ajaran Weda tersebut secara tulus dalam keseharian mereka. Yang terjadi adalah upaya untuk mempertahankan posisi mereka di mata umat, dengan melakukan upaya-upaya pembodohan umat. Keadaan demikian yang berlangsung terus menerus di Bali, mengakibatkan terputusnya garis parampara Hindu di Bali.
Untuk mempertahankan sistem wangsa di Bali golongan brahmana keturunan berusaha menghalangi orang-orang muda Hindu yang ingin belajar Weda. Mereka menyebarkan paham bahwa Weda bersifat keramat, sakral, dan tidak boleh di baca oleh sembarangan orang. ”Sakaralisasi” Weda ala sistem wangsa tersebut sangat berbeda dengan pola pendidikan gurukula yang merupakan sistem pendidikan tradisional dalam kebudayaan Weda. Dalam kebudayaan Weda, sejak dini seseorang mulai diajarkan untuk mempelajari Weda, bahkan sejak usia lima tahun hingga usia lebih kurang dua puluh lima tahun, tergantung kepada kemampuan siswa tersebut. Dalam masa brahmacari seperti, seseorang dikirim ke rumah seorang guru atau guru spiritual untuk tinggal bersama mereka dan mempelajari Weda di bawah bimbingan orang-orang yang terpelajar dalam pengetahuan Weda. Mereka menjadi sisya (murid) dengan cara tinggal di asrama atau tempat pemondokan yang disediakan oleh gurunya. Oleh karena itulah, pola pendidikan seperti itu disebut gurukula. Dengan sistem wangsa seperti di Bali yang mengkeramatkan Weda, dapat dimengerti mengapa pendidikan tradisional agama Hindu di Indonesia menjadi tidak berfungsi hingga saat ini. Ini merupakan salah satu bukti lagi penyimpangan dari sifat seorang brahmana menurut Weda. Seseorang disebut brahmana sejati, bukan menurut garis kelahiran dan keturunan, bila ia terpelajar dan menguasai pengetahuan Weda, dan berusaha dengan segala kemampuannya untuk mengajarkan pengetahuan spiritual itu kepada masyarakat. Bila tidak demikian, ia tidak dapat diakui sebagai seorang brahmana, walaupun terlahir sebagai anak seorang brahmana.
Keberadaan sistem Wangsa dalam masyarakat Hindu di Bali untuk menguatkan sistem pemujaan leluhur sebagai tangga untuk memuja Tuhan. Karena pemujaan sebelumnya akan menguatkan pemujaan selanjutnya. Demikian dinyatakan dalam Manawa Dharmasastra. Ini artinya pemujaan leluhur itu untuk menguatkan pemujaan pada Tuhan. Asal jangan berhenti pada pemujaan leluhur saja. Itu artinya, sistem Wangsa dalam masyarakat Bali bukanlah untuk menentukan stratifikasi sosial dengan paradigma tinggi-rendah (tidak setara antarwangsa yang satu dengan wangsa yang lainnya). Wangsa itu tidak menentukan seseorang itu Brahmana, Ksatria, Waisya maupun Sudra. Sistem Wangsa untuk membangun keakraban atau kerukunan famili, bukan untuk menentukan kasta atau warna seseorang. Umat dalam satu wangsa itu ada bermacam-macam profesinya. Ada sebagai pandita atau pinandita, ada sebagai birokrat, tentara atau politisi, ada sebagai pengusaha dan ada juga sebagai petani atau buruh.
 Sistem wangsa di Bali juga bertanggung jawab terhadap kurangnya kesadaran umat Hindu di Bali untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan agama Hindu di Indonesia. Terjadi persaingan antar golongan dalam upaya meraih pengakuan masyarakat terhadap status sosial mereka. Mereka lebih rela berlomba-lomba menyumbangkan dana untuk melaksanakan upacara-upacara adat atau pembangunan pura yang megah yang membutuhkan biaya tinggi. Menurut data statistik,  penduduk Bali memiliki tingkat pendapatan perkapita tertinggi di seluruh Indonesia. Namun  besarnya pendapatan tersebut belum dibarengi dengan kesadaran untuk mengalokasikan dana guna pengembangan pendidikan bagi generasi muda Hindu.
Untuk mengembalikan system Catur Warna dalam masyarakat Hindu Indonesia (Bali) haruslah ditempuh langkah-langkah seperti umat Hindu harus diajak secara bersama-sama untuk menghilangkan adat-istiadat keagamaan Hindu yang bertentangan dengan ajaran Catur Varna, khususnya dan ajaran agama Hindu pada umumnya. Dalam kehidupan beragama Hindu umat diajak untuk tidak membeda-bedakan pandita dari segi asal kewangsaannya. Seorang pandita dapat "muput" upacara yang dilaksanakan oleh umat tanpa memandang asal-usul keturunannya. Umat Hindu dididik dengan baik untuk tidak membeda-bedakan harkat dan martabat para pandita Hindu dari sudut asal wangsanya.
Asalkan konsep Catur Warna ini bisa berjalan sesuai dengan Weda, maka banyak pengaruh positif yang akan diberikan. Contohnya di negara kita ini Indonesia dipimpin oleh seorang Presiden dimana dalam Catur Warna tergolong dalam Ksatria, dan dibantu oleh beberapa mentri seperti mentri agama yang tergolong dalam kaum brahmana. Penduduk Indonesia adalah penduduk yang beragam, dan profesinya juga beragam ada yang berprofesi sebagai pedagang petani (waisya), dan ada juga yang berprofesi sebagai buruh seperti TKI yang dikirim keluar negeri (sudra). Bisa kita bayangkan bagaimana jika di negeri ini hanya ada presiden dan a mentri, siapa yang akan menanam padi? Dan jika semua orang di negri ini adalah para TKI dan petani siapa yang akan membela kita dari para musuh?. Jadi meskipun berbeda-beda warna semuanya akan berjalan baik asalkan dijalankan sesuai dengan ajaran weda.