Sabtu, 02 April 2011

Cerpen Bahasa Jepang

Pada hari sabtu itu, suasana di kelasku ribut seperti bagaimana kelas-kelas lainnya saat tidak ada guru. Ada yang sekedar ngobrol-ngobrol, ada yang online, ada yang jailin temenya, dan ada juga yang kejar-kejaran. Pada saat itu adalah jam pelajaran bahasa jepang, namun guru bahasa jepang kami ‘Sensei’ tidak masuk.
Ditengah suasana kalut di kelas kami, tak banyak yang melihat pengumuman yang ada di papan tulis. Namun tidak sengaja aku melihat pengumuman itu, “Tugas Bahasa Jepang : Buatlah nama 20 masakan Indonesia dalam huruf katakana. Buat di kertas lempiran. Kumpul sekarang!” demikian tertulis di papan tulis. Melihat pengumuman itu, akupun langsung mencoba membuatnya, setelah dicoba ternyata cukup susah, ditambah lagi keahlianku di Bahasa Jepang memang pas-pasan. Akhirnya aku pun batal membuat tugas tersebut dan kembali ngobrol-ngobrol dengan teman-teman yang lain. Bel pun berbunyi, semua siswa pulang tanpa ada yang mengumpul tugas bahasa jepang.
Seminggu kemudian, kami kembali mendapat pelajaran bahasa jepang. Sensei masuk kelas kami dan berkata “Selamat pagi sepuluh enam…!”. “Selamat pagi sensei” begitu kami membalas salamnya. Kemudian sensei berkata lagi “Sepuluh enam kenapa tidak ada yang mengumpul tugas dari Sensei…?” semua siswa terdiam. Kemudian sensei bertanya kepada ketua kelas “Mana ketua kelasnya…?!” “Saya sensei..” sahut ketua kelas kami. “Sebagai ketua kelas kamu seharusnya mengatur teman-teman kamu! Kalau ada tugas suruh mereka buat! Jangan kamu yang diatur teman-teman kamu!” demikian sensei berkata dengan nada yang agak keras. Kami semua terdiam, baru kali ini kami melihat seorang sensei yang baik hati memarahi kami, dan semua itu terjadi memang karena kesalahan kami. Nampaknya sensei begitu marah atas sikap kami. “Sensei tidak mengerti kenapa sepuluh enam tidak ngumpul tugas. Sensei cari-cari di meja sensei tidak ada ternyata kalian memang tidak ngumpul tugas. Sepuluh satu yang pelajaran bahasa jepangnya jam terakhir saja ngumpul tugas. Baru kali ini sensei diperlakukan seperti ini.” ungkap sensei yang nampaknya begitu kesal terhadap kami. Suasana kelas hening seketika. “Hari ini sensei enggak mau ngajar di kelas sepuluh enam.” demikian diucapkan sensei yang membuat kami semakin merasa bersalah. Setelah sensei keluar, sensei melaporkan sikap kami terhadap wali kelas kami. Kemudian kamipun ditegur oleh wali kelas kami. Setelah kejadian ini, beberapa perwakilan dari kelas kami minta maaf terhadap sensei.

Seminggu kemudian, saat pelajaran bahasa jepang. Kami menunggu-nunggu kedatangan sensei, namun sensei tidak juga datang. Beberapa teman kami kemudian ke ruang guru mencari sensei untuk meminta maaf kepada sensei dan meminta agar sensei mau mengajar di kelas kami lagi. Akhirnya sensei pun datang ke kelas kami, namun kali ini suasananya sudah berbeda, dulu kami masih bisa tertawa dan menikmati pelajaran dengan santai, namun sekarang yang ada hanya suasana tegang, perasaan takut dan rasa bersalah. Sensei mengungkapkan pada kami betapa kecewanya ia akan perlakuan kami. “Sensei nggak ngerti kenapa kalian melakukan hal ini terhadap sensei. Selama bertahun-tahun sensei mengajar di SMA 3 baru kali ini sensei menghadapi kejadian seperti ini. Selama sensei mengajar di sini tidak ada anak SMA 3 yang seperti kalian. Atau mungkin kalian bukan anak SMA 3, anak SMA 3 selalu disiplin dan bertanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan gurunya tapi sepuluh enam tidak ada satu orang pun yang mengerjakan tugas sensei. Sensei selalu berusaha menjadi guru yang menyenangkan murid-muridnya, menjadi guru yang tidak memberikan beban untuk murid-muridnya, tapi perlakuan kalian tidak demikian terhadap sensei. Kalian tidak mengerjakan tugas sensei, berarti kalian tidak menghargai sensei kalian menolak kehadiran sensei. Mulai sekarang sensei akan berusaha menjadi guru yang tidak menyenangkan bagi murid-muridnya. Sensei akan masuk kelas kalian sesuka hati sensei, sama seperti kalian mengerjakan tugas sensei sesuka hati kalian. Tapi kalau nanti sakit hati sensei sudah hilang atau sensei kasian sama kelas kalian, sensei mungkin akan mengajar lagi di kelas kalian. Sensei tidak akan mengajarkan materi terhadap kalian, silahkan kalian belajar sendiri.” Semua siswa tercengang mendengar perkataan sensei, tak satupun ada yang bicara. “Untuk hari ini sensei tidak menyampaikan materi, ada yang ingin menyampaikan sesuatu?” tanya sensei. Semua siswa hanya menunduk dan tidak ada yang berani bicara. “Baiklah sekian dari sensei. Selamat siang!” ujar sensei. Sensei pun keluar kelas kami, tidak ada yang bisa kami lakukan kecuali penyesalan. Kini kami hanya bisa menikmati hukuman dari perbuatan kami. Kebersamaan juga bisa merugikan jika disalahgunakan.

2 komentar:

Awin mengatakan...

Menyedihkan banget, gak disukai guru yang baik.

Lulu Anditha mengatakan...

haduuhh.. pengalamannya sama banget dehya sama saya. kelas yg brisik & gabisa diatur, gak ngerjain tugas satu kelas ampe guru nya ngambek trs ngancem, omongannya jg sama lg kyak gtu tp ujung2nya abs mnta maap ttep ngajar kyak biasa lg. Hehehe.. Ternyata bkan kelas saya aja yg kayak gtu ya? :D