Minggu, 03 April 2011

Kontroversi Pengarakan Ogoh-Ogoh Saat Pengrupukan

“Pengarakan ogoh-ogoh pada saat hari pengrupukan tak jarang menuai berbagai kontoversi. Hal ini disebabkan oleh dampak dari kurangnya kesadaran masyarakat. Minimnya kemampuan masyarakat dalam mengendalikan dirinya menyebabkan sering terjadinya bentrokan pada saat pengarakan ogoh-ogoh. Namun disisi lain budaya ogoh-ogoh ini cukup penting dan harus dilestarikan keberadaanya.”


Perayaan hari pengrupuk tanpa ogoh-ogoh rasanya kurang lengkap. Ogoh-ogoh merupakan simbul ‘kala’ atau hal-hal negative dalam diri manusia.   Pengarakan ogoh-ogoh dilakukan pada saat pengrupuk tepatnya satu hari sebelum Nyepi. Namun dalam pelaksanaanya pengarakan ogoh-ogoh kerap kali mengundang bentrokan antar daerah yang mengarak ogoh-ogoh. “Bentrokan pada saat pengarakan ogoh-ogoh itu memang kadang terjadi, hal tersebut disebabkan oleh kesadaran masyarakat yang kurang tentang apa sebenarnya makna dan tujuan dari kegiatan tersebut. Selain itu juga dipengaruhi miras dan emosi yang tak terkendali. Kalau bisa sebaiknya kegiatan ini dilombakan, jadi kalau sampai ada bentrokan perserta didiskualifikasi.” demikian dijelaskan oleh salah satu guru SMA 3 Denpasar, Ketut Suarma.  
Namun dilain sisi, pengarakan ogoh-ogoh ini penting untuk melestarikan budaya Bali dan dilihat dari segi makna kegiatan ini memang harus dipertahankan, seperti yang dituturkan oleh salah satu siswa SMA 3 Denpasar, I Wayan Phala Swara. “Sebelum dilihat dari makna pengaarakan ogoh-ogoh, manusia memiliki dua sifat utama, yaitu sifat kedewaan dan sifat keraksasaan. Sifat kedewaan ini harus selalu dikembangkan, sementara sifat keraksasaan perlu dikekang. Dalam hari suci Nyepi sebagai media untuk introspeksi diri, sifat kedewaan ini harus dimunculkan dan keraksasaan dikendalikan.Dalam h-1 Nyepi dikenal dengan hari pengrupukan yang umumnya dilaksanakan pengarakan ogoh-ogoh yang merupakan symbol sifat negative pada manusia. Setelah selesai diarak keliling desa maka ogoh-ogoh ini akan dibakar, maknanya yaitu melebur segala unsur keraksasaan pada manusia. Dan membuka lebaran baru dengan mengutamakan sifat kedewaan.”
Asalkan bisa dilaksanakan sesuai dengan tujuan, pengarakan ogoh-ogoh ini memiliki banyak keuntungan. Dan perlu dipertahankan untuk kedepannya. “menurut saya pengarakan ogoh-ogoh itu merupakan keunikan budaya Bali yang penuh dengan makna. Pada saat pembuatan ogoh-ogoh  para muda-mudi berkumpul hal ini akan meningkatkan interkasi dan bisa belajar bekerja sama. Dari sini juga para muda-mudi bali bisa menuangkan kreatifitas seninya. Selain itu dari segi ekonomis juga merupakan daya tarik bagi wisatawan  ditambah lagi keesokan harinya pada saat Nyepi tidak boleh ada yang keluar, jadi semakin lama para wisatawan menetap di Bali menguntungkan hotel-hotel dan juga menambah devisa Negara” ujar salah satu siswi SMA 3 Denpasar
Kontoversi saat pengrupukan hanyalah akibat dari sifat keraksasaan manusia yang tidak bisa mengendalikan emosinya. Asalkan manusia bisa mengutamakan sifat kedewaanya hal seperti ini tidak akan terjadi. Tidak etis rasanya kita melupakan budaya yang sarat makna hanya karena kurangnya pengendalian emosi pada manusia. (nma)

Tidak ada komentar: